Pastinya kalian tahu bahwa Kalimantan Timur berhasil terpilih sebagai Ibu Kota Baru Negara Republik Indonesia, yang akan diberi nama Nusantara.

Hal tersebut pun diungkapkan oleh Kepala Bappenas Suharso Monoarfa atau Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dalam sebuah rapat Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara (RUU IKN) dengan pemerintah di Kompleks Parlemen.

Jika kalian bertanya-tanya, mengapa sih Ibu Kota baru Indonesia diberi nama Nusantara? Nah, berikut merupakan Alasan dan Sejarah kenapa nama Ibu Kota baru menjadi Nusantara.

Alasan Nusantara Menjadi Nama Ibu Kota Baru Indonesia

Alasan diberikannya nama Nusantara sebagai nama Ibu Kota baru Indonesia sendiri karena nama Nusantara dipilih karena kata tersebut sudah sangat dikenal sejak dulu dan sangat ikonik di dunia internasional. Sehingga mudah dan dapat menggambarkan kenusantaraan kita semua.

Nama ibu kota tersebut awalnya memang ingin dimasukkan ke dalam RUU IKN, namun ditahan sebelum pada akhirnya diberikan konfirmasi oleh Bapak Presiden Joko Widodo.

Asal Usul dan Sejarah Nama Nusantara

Nama Nusantara sendiri pertama kali lahir pada masa Kerajaan Majapahit pada sekitar abad ke-14. Nusantara pada saat itu digunakan dalam sebuah konteks politik.

Secara politis, kawasan dari Nusantara sendiri terdiri dari gugusan atau rangkaian sebuah pulau yang terdapat di antara benua Asia dan Australia, bahkan hingga termasuk ke Semenanjung Malaya.

Wilayah itu dikategorikan sendiri oleh Majapahit sebagai Nusantara. Nusantara sendiri tercatat pernah diucapkan oleh Gajah Mada, patih Majapahit. Gajah Mada pernah mengucapkannya melalui sumpah yang dikenal saat ini sebagai Sumpah Palapa.

Sumpah yang ia ucapkan saat upacara pengangkatan saat diangkat menjadi Patih Amangkubumi Majapahit. Sumpah Palapa sendiri berbunyi: “Lamun huwus kalah Nusantara isun amuktis palapa, lamnun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Harnu, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Tumasik, Palembang, Samana isun amukti palapa.”

Yang artinya, “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika berhasil mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian juga saya (baru akan) melepaskan puasa.”

Wilayah Majapahit dan Nusantara

Sebagian Jawa seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur sendiri justru pada saat itu tak termasuk kedalam istilah Nusantara yang dimaksud oleh Gajah Mada.

Hal itu terjadi karena kerajaan-kerajaan yang ada di tanah Jawa sudah berada langsung dibawah pemerintahan Majapahit. Dan pada saat itu juga, terdapat tujuh kerajaan di Pulau Jawa yang memberlakukan aturan dari Majapahit.

Tujuh kerajaan itu antara lain Singasari, Kahuripan, Daha, Matahun, Wengker, Lasem, dan Pajang. Oleh sebab itulah, Nusantara digunakan untuk menyebut berbagai daerah di luar Majapahit yang perlu untuk ditaklukkan.

Nusantara sendiri terdiri dari dua kata yaitu nusa yang berarti pulau atau pulau-pulau, dan antara yang berarti lain atau seberang. Setelah kerajaan Majapahit bubar, istilah Nusantara pun perlahan terlupakan. Nusantara pun baru kembali untuk digunakan pada awal abad ke-20.

Tokoh dari pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara, pun kembali mempopulerkannya. Nusantara digunakan sebagai salah satu alternatif dari Nederlandsch Oost-Indie atau Hindia Belanda. Dan hingga kini, istilah dari kata Nusantara masih sering digunakan sebagai padanan dari Indonesia.